rakendallas – 141
Jargas sudah menunggu Asellia di taman yang dulu nya sering mereka kunjungi bersama. Setelah beberapa menit berlalu, langkah kaki dari suara rumput mulai terdengar oleh Jargas, ia pun menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Asellia, masih cantik nggak berubah batin Jargas.
Asellia pun tersenyum kepada lelaki yang telah menanti dia selama bertahun-tahun lalu menyapa, “HAI JARGAS!” teriaknya.
Namun, ada yang berbeda kali ini dari diri Jargas, ia tidak seperti dulu yang selalu segera memeluk Asellia, sekarang dia enggan, dia bukan Jargas yang dulu lagi.
Ketika Asellia akan memeluk Jargas, lelaki tersebut menahan nya, “gausah peluk ya, gaenak diliat sama yang lain.”
Asellia pun segera menurunkan tangannya lalu mundur satu langkah dari tubuh nya Jargas, ia melihat dari atas sampai kebawah lelaki yang sedari dulu menunggunya kini telah ia lihat kembali.
“Jargas, apa kabar?”
“Baik, lo sendiri?”
Asellia menggeleng, “semenjak ayah ditipu, gue banyak pikiran yang ngga-ngga.”
Jargas melirik sesekali kepada Asellia, “Sell ini tempat kita dulu ya?”
Asellia pun senang dengan pembahasannya jadi ia menjawab dengan semangat, “IYA APALAGI LO SERING GENDONG-GENDONG GUE DULU DISINI.” jawab nya tertawa renyah.
“Dulu ya, Sell.” celetuk lelaki tersebut sembari menyalakan api rokoknya.
Asell kaget dengan tingkah laku Jargas, karena biasanya dia tidak pernah merokok di depannya, kecuali didepan orang-orang yang Jargas tidak suka.
“Gua bukan orang yang sama, Sell.” sambungnya.
“Maksud lo?” tanya Asellia dengan bingung.
“Setelah apa yang gua perjuangkan dari dulu, itu semua sia-sia dan gak berguna buat lo,” Jargas terkekeh lalu mematikan rokoknya dan membuang puntung rokok itu ke belakang, “lo udah liat gua ngerokok depan lo, artinya apa?”
Asellia menelan ludahnya, “segitu bencinya lo sama gue?”
Jargas tertawa, “Asellia, harusnya gua yang ngomong begitu sama lo, dulu gua selalu nurut apa perkataan lo, apa mau lo, gua anter lo kemana-mana karena gua tau lo anaknya gabisa kalo gaada temen buat berangkat ke suatu tempat, sampe akhirnya kita sempet jauh, karena lo sebenernya suka kan sama Jauzan? Alasan klasik kalau dulu lo nolak gua dengan bilang “kita lebih cocok temenan dulu.” bodohnya gua iyain aja lagi, hahaha.”
“Waktu Jauzan udah ngumumin hubungan nya ke publik, baru lo balik, aneh kan? Aneh. Karena lo balik kesini waktu dulu tujuannya cuman mau ketemu Jauzan bukan gua, eh ternyata lo kalah cepet sama Velasya.” sambung Jargas.
Asellia masih terdiam, ia bingung mau menjawab apa.
“Sekarang lo balik disaat gua udah mutusin untuk nyerah? Lo gila kata gua. Karena, lo gamau kan ngerasain kehilangan lagi sama seperti lo dulu kehilangan Jauzan karena Jauzan udah punya Velasya? Iya kan? Bantah gua, Sell. Bantah gua, kalo gua disini emang salah.”
Asellia masih diam dan menunduk.
“Diem kan lo? Diem kan? Sell, gua udah kurang sabar apa? Bertahun-tahun lo giniin gua, jadi wajar dong, amarah gua sekarang udah di puncaknya?”
“J-jargas g-gue..”
“Gua sayang sama lo, tulus.”
Asellia langsung melihat kearah lelaki yang ada didepannya.
“Tapi, dulu.” sambung Jargas.
“Udah ada pengganti gue?” tanya Asellia.
Jargas mengangguk, “dia lebih ngehargain perasaan gua, dibanding lo, dia selalu jujur utarain apa yang dia rasa ke gua. Beda sama lo, lo selalu tutupin apapun itu tentang lo, ya gua sadar, lo tutupin itu karena lo berharap Jauzan kan? Bukan gua.”
“Jargas, gue sayang sama lo.”
“Lo boleh sayang sama gua, tapi kalo lo minta gua sayang balik lagi itu udah nggak bisa. Karena udah ada satu cewe yang bakal gua perjuangin sekarang.” Jargas berdiri, “udah jelas kan? Kalo udah, gua pamit.” Jargas pun segera berjalan meninggalkan Asellia.
Asellia sedikit demi sedikit mengeluarkan air matanya, ia melihat punggung Jargas yang selalu ia peluk kini telah menghilang, lenyap.