peluk

Gavileo telah sampai ke rumah nya Laneya, ia segera mengetuk pintu rumah gadis tersebut, “ney, ini aku.”

Laneya pun dengan cepat pergi ke arah pintu lalu membukakan pintunya untuk Gavileo.

“Kak? muka kamu pucet banget. Kamu gapapa kan?

“Gapapa kok.”

Laneya tau bahwa lelakinya ini sedang berbohong, “belum minum obat ya?”

“Maag mu kambuh kan?” ucapnya.

Gavileo hanya tersenyum.

“Tiduran dulu, disini.”

“Ney, sini deket aku aja. Mati lampu kan, kamu kok ngga bisa diem? Katanya takut.”

“Ya, terus aku diem aja gitu liat kamu nahan sakit? kenapa sih maksain kesini, untung dijalan ngga kenapa-napa.”

“Maaf.” hanya itu yang bisa Gavileo lontarkan.

Setelah diberi obat, Gavileo pun menyenderkan kepalanya kebahu nya Laneya, “peluk.” ucapnya.

Laneya pun langsung mengerti, ketika Gavileo sedang sakit, memang harus dipeluk, biar cepat sembuh.

“Nah gini, aku kan langsung sembuh.”

Laneya hanya diam, lalu mengelus punggung dan rambutnya Gavileo.