Line
Laneya sudah dipanggil oleh David untuk turun kebawah ke tempat pemanggilan atlet. Jantung nya sekarang benar-benar sedang berdegup kencang. Karena hari ini ia memulai lagi karir nya, nama Laneya Genevi sudah terpampang jelas ada dibuku acara. Banyak orang yang sudah tau Laneya Genevi turun kembali menjadi atlet. Jika ditanya, susah atau tidak Laneya berada di posisi ini, dimana dia sudah dikenal dan ditakuti banyak orang setiap pertandingan, tentu saja susah. Ia banyak melewati rintangan-rintangan tentu nya itu tidak mudah. Ia harus merelakan masa bermainnya ketika pulang sekolah karena setiap pulang sekolah Laneya harus latihan berenang, tidak boleh di skip, jika sehari saja ia skip latihan nya maka tenaga nya akan turun drastis. Ia juga sampai harus merasakan berkali-kali sakit tipes dan maag. Jadi atlet renang itu tidak mudah.
“Kamu pasti bisa, Ney. Semangat.” ucap David.
Laneya mengangguk. Sebenarnya ia masih menunggu kehadiran Gavileo, namun ia tidak boleh egois. Hari ini adalah hari nya, hari dimana ia menunjukan ke semua orang bahwa Laneya Genevi masih sama seperti dulu, tidak terkalahkan.
“Laneya Genevi.” panggil salah satu panitia disana.
Laneya pun mengacungkan tangannya, “saya.”
“Silahkan duduk dikursi lintasan empat ya.”
Lintasan empat, lintasan yang selalu dijuluki lintasan perenang tercepat. Jika ada atlet yang berada di lintasan empat maka artinya atlet itu selalu ditakuti, apalagi jika atlet tersebut juga berada seri akhir.
Laneya terus berdoa dan mengatur nafasnya agar tidak terlalu deg-degan.
“Ney.”
“Ney plis jangan halu, gue tau lo kangen kak G. Tapi jangan sampe kepikiran sampe ada suara nya dia kayak yang manggil lo. Fokus, Ney, fokus.” batinnya.
“Ney!”
“Astagfirullah, kedua kalinya ini gue ngedenger kak G manggil gue.” batinnya.
“Laneya, balik kebelakang dulu.”
Setelah mendengar itu, Laneya segera berbalik kebelakanh, “KAK GAVI?” dengan teriaknya Laneya membuat semua orang melihat kepadanya, ia pun spontan menutup mulut dengan kedua tangannya.
Gavileo mengangguk sambil tersenyum dan melambaikan tangannya agar Laneya menghampirinya.
Semua atlet yang berada disana tersontak kaget, karena salah satu anggota waykaze ada disini.
“Kak G, ganteng banget gila.” “Oh ini pacarnya kak G, gila sih. Laneya kan perenang hebat bisa dapetin salah satu anggota waykaze juga, hidupnya udah sempurna, dah.” Itulah bisikan-bisikan ketika Laneya akan menghampiri Gavileo.
Gavileo langsung memeluk Laneya dengan erat, “i miss you. Padahal semalem baru ketemu.”
Laneya membalas pelukannya, “i miss you too, kak. Aku kira kamu ngga akan dateng.”
Gavileo mengecup puncak kepala Laneya, “aku ga lupa sama janji aku ke kamu. Aku bukan pria yang ingkarin janji nya sayang,” Gavileo melepas pelukannya, lalu memegang kedua pundak Laneya, “cantik yang malem lupain dulu ya? Fokus dulu sama yang sekarang tunjukin kalau kamu jagoan cantiknya Gavileo, oke?”
Laneya benar-benar ingin menangis sekarang, benteng pertahanan nya runtuh, “maaf, mata aku pipis.”
Gavileo terkekeh, lalu mengusap pipi Laneya, “jangan nangis. Jagoan aku kan hebat. Gih kesana lagi, bentar lagi tuh.”
Laneya mengangguk, “aku kesana dulu ya.”
“Iya gih. Semangat jagoan!” ucap Gavileo sambil mengangkat tangannya lalu dikepalkan.