last, and i love you.
Pertemuan keluarga ini dimulai dengan acara saling berbincang antara dua keluarga. Tidak seperti dulu-dulu, dimulai dengan makan malam, lalu berbincang secara serius. Pertemuan keluarga kali ini sudah beda, lebih tenang dan damai tentunya.
Gevano yang sedang bermain dengan Nelson di ruang TV. Papah dan mamanya Laneya yang berbincang dengan Ibunya Gavileo, dan tentunya Gavileo dan Laneya sedang berduaan di teras rumah.
“Beda ya, pertemuan keluarga sekarang, berasa damai.” celetuk Laneya sembari menatap langit yang kebetulan pada malam itu sedang banyak bintang-bintang yang terlihat.
Gavileo secara langsung tersenyum, “bukan perkenalan antara kamu dan aku, tapi ini perkenalan keluarga kita juga.” jawab nya memang tidak nyambung tapi Laneya mengerti apa yang Gavileo maksud.
“Iya, bukan tentang kita. Tapi, cerita ini tentang keluarga kita juga, gitu kan?” tanya Laneya menjelaskan kembali.
“Iya, gitu.” Gavileo menoleh, “boleh aku cium kamu?”
Laneya belum memberi jawaban, Gavileo langsung mencium bibir Laneya, kecupan-kecupan kecil mendarat di bibir Laneya, lalu Gavileo pun mulai menangkup dagu Laneya, “i love you.” bisik Gavileo yang jarak wajahnya hanya 5 cm dari wajah Laneya.
Kedua keluarga ini memutuskan untuk memulai acaranya ini diruang tamu seperti biasanya, sebenarnya bukan acara yang formal tapi lebih ke silaturahmi antara dua keluarga ini.
“Saya sangat senang, ibu, nak Avi dan Vano, bisa menyempatkan di acara ini.” ucap Rojer sambil tersenyum lalu menyimpan gelas yang berisi kopi ke meja.
Mia pun ibu dari Gavileo tentunya membalas dengan senyuman yang tak kalah sama bahagianya seperti Rojer.
“Betul sekali pak, sudah lama juga kita tidak berkumpul bersama lagi.”
“Bagaimana? Laneya?”
Laneya pun terkejut, tiba-tiba papah nya ini memanggil dirinya, “kenapa?”
“Pernikahan kamu dengan Avi mau bagaimana?” tanya Rojer.
Gavileo langsung menatap Laneya, suasanya sangat membuat Gavileo ingat pertemuan awal ketika Laneya ditekan oleh papah nya untuk menjawab “iya”, “ck, dejavu.” batin nya.
Laneya tersenyum, “aku nggak mau nikah dulu, kuliahku juga masih jauh dari kata lulus, dan Kak Gavi juga pasti pengen bebas juga kan? Jadi aku nolak buat nikah sekarang atau dalam waktu yang dekat.”
Rojer tersenyum, “jawaban kamu persis dengan jawaban yang papah mau.”
Gavileo menghela nafasnya dengan lega, kini suasana yang ada dihadapannya tidak tegang seperti dulu, suasana yang sekarang lebih damai, banyak senyum yang terlihat disini dan banyak suara tertawa bukan bentakan lagi.
“Nak Avi apa tidak apa-apa?”
Gavileo mengangguk dengan cepat, “gimana perempuan saya aja om, pokoknya mau sampe kapanpun, saya akan nunggu Laneya.” jawabnya sembari melirik Laneya, “soalnya hati saya sudah mantap sama Laneya.”
“Huuuu bucin.” sahut Nelson.
“AA BUCINNNN.” timpal Gevano.
Semuanya langsung tertawa setelah ada ledekan dari Nelson dan Gevano.
Memang benar, disini bukan tentang Gavileo dan Laneya saja. Disini tentang kedua keluarga yang akhirnya bisa menyatu juga.
Setelah acara itu selesai, Gavileo dan keluarganya pamit pulang, namun seperti biasa Gavileo meminta waktunya sebentar kepada Laneya untuk berbicara secara empat mata.
“Jangan pulang.” rengek Laneya.
“Makanya nikah sama aku, biar kita satu rumah.”
Laneya mencubit Gavileo, “kakak!”
“Iya-iya, maaf, hahaha, oh iya ini aku habis beli boneka lumba-lumba lagi buat kamu, kalau ini yang abu-abu, kita namain “Gavney” ya? tapi aku pingin simpen dikamu, jaga baik-baik ya? Soalnya ini warnanya unlimited!”
Laneya tertawa kecil, “siap bos!”
Laneya pun mengeluarkan bingkisan nya dan mengasihkannya kepada Gavileo, “buat kakak.”
“Ini apa?”
“Hot wheels sama pajangan gitu tapi bentuknya drum, terus di drum nya ada tulisan “G”, hehehe, itu aku pesen sendiri. Disimpen baik-baik ya kak.”
Gavileo memeluk Laneya dengan erat, “last, and i love you, Neyo, perempuannya Gavileo.” lalu dilepaskan pelukannya dan mengecup bibir Laneya, “punya Gavileo hehehe.”
“Oiya disitu ada surat.” ucap Gavileo.
“From G to N?”
“Iya itu judul suratnya, dibaca nya pas aku udah ada dirumah ya.”
“Oke kakak!”
“Yaudah, aku pulang dulu.”
Laneya mengangguk, “hati-hati, kakak!”
Mau sebagaimana pun semesta memberi cobaan untuk pasangan ini, tapi jika Tuhan mengubah dan mengendalikan rencananya, tidak akan ada yang bisa mengubah takdir tersebut. Kalau, Tuhan yang turun tangan itu sudah mutlak, tidak bisa di ganggu gugat.
Begitupun Gavileo yang ditakdirkan sebagai obat penguat Laneya dari kekangan keluarganya dan Laneya sebagai obat penyembuh Gavileo dari masa lalunya, mereka saling melengkapi.