FGTN, 425
Malam yang ditunggu-tunggu Gavileo sudah tiba, ia datang memakai jas hitam yang kembar bersama Gevano, tak lupa, Mia ibu Gavileo dan Gevano juga ikut bersama mereka, tentunya tidak memakai jas, tapi memakai pakaian rapih dan terlihat seperti anak muda.
Disini mereka segera melangsungkan acaranya tidak memakai basa-basi karena acara ini dibuat oleh Gavileo untuk Laneya.
Laneya heran, melihat suasana saat ini, seperti sedang ujian sangat tegang, “ini kenapa ya mukanya pada serius?” tanya nya.
Gavileo tertawa kecil, “aku mau izin ke mamah dan papah kamu, didepan ibun sama Gevano dan Kak Nelson.”
“Minta izin apa?”
Gavileo mendekat, lalu mengeluarkan kotak kecil disakunya lalu ia membuka kotak kecil itu.
“Cincin?” tanya Laneya.
“Bukan cincin biasa, Ney. Kalau kamu memperbolehkan aku memasangkan cincin ini di jari manis kamu, artinya kamu mau menikah sama aku minggu depan. Kalau kamu menolak, artinya aku bakal nunggu kamu lagi.”
“Kak, sebentar. Minggu depan?”
Mia pun terkekeh, “jadi gini, Ney. Aa itu udah siapin semuanya. Dari pakaian nikah kalian, sama gedung-gedung nya sekaligus. Ibun juga heran kenapa dia ga ada kompromi dari kamu. Terus katanya biar Laneya ngga cape urus ini-itu. Dan, yang lebih buat ibun kaget, aa ini nabung dari SMP dan ternyata uang nya ini buat masa depan ia menikah, dan ternyata kamu wanitanya.”
Gavileo menunduk malu.
“Kak?”
“Kalau kamu ngga suka sama cara aku, aku minta maaf. Aku bisa batalin semuanya kok. Jangan merasa gaenak buat nolak, Ney.” ujar Gavileo yang masih menunduk lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Laneya melirik kepada kedua orang tuanya dan Nelson. Mereka secara bersamaan mengangguk dan tersenyum, Nelson tiba-tiba bersuara, “semua keputusan dikamu, Ney. Bener kata Avi, kalau kamu belum siap, tolak aja.”
Laneya menangkup wajah Gavileo, mata Laneya sudah terlihat berkaca-kaca, “iya, aku mau nikah sama kakak.”
Gavileo menyeka air yang jatuh dari pipi Laneya lalu mengelusnya, “serius, hm? kamu masih bisa nolak kok.”
Laneya menggeleng, “aku ngga mau sia-siain, laki-laki yang sempurna kayak kamu, kak.”
Gavileo dengan semangat ia memakaikan cincin itu kepada jari manis Laneya, lalu segera memeluk Laneya erat-erat, “i love you, cantiknya Gavileo.”
Dengan spontan, Gevano, Nelson, Ibunya Gavileo dan kedua orang tua Laneya bersorak secara bersamaan, suasana yang hangat dengan tawa yang sangat bahagia ada pada malam ini.