FGTN, 397


Setelah Gavileo dan Laneya jalan-jalan malam sebentar. Sekarang mereka berdua berada di ruang TV. Tentunya papah dan mamahnya Laneya ada dirumah mereka sudah pulang dari KL nya, kalau Nelson ia masih menjaga kafenya.

“Kakak.”

“Hm?” jawab Gavileo yang sedang bersender dan memainkan jari jemarinya Laneya.

“Jelasin dong tentang Anna, Kak Jargas sama nama kamu kenapa panggilannya G doang?

Hahaha, aduh nanya nya komplit amat neng.”

“Ih, ayo jawab.”

“Iya satu-satu ya, cantik.”

“Aku jawab tentang Anna dulu ya.”

Laneya mengangguk.

“Anna itu mantan aku yang katanya udah pindah keluar negeri. Tapi aku takut dia balik lagi. Bukan karena aku takut sama masa lalu aku. Cuman, aku takut dia ganggu kamu.”

“Sebenernya aku sering ketemu dia di kampus tapi aku selalu cepet buat ngehindar karena aku males dan yang sering kena tumbal itu anak waykaze.”

“Sampai akhirnya mungkin dia cape? jadi dia berhenti dan pindah. Tapi, semoga aja beneran pindah.”

Laneya mengangguk, lalu memberi pertanyaan lagi, “kalau tentang Kak Jargas?”

“Oke, aku jawab sekalian sama nama panggilan aku ya.”

“Iya!!”

Gavileo pun membernarkan posisinya lalu mengelus puncak kepala Laneya, “jadi, gini sayang. Aku sama Jargas emang sodaraan, kita satu sama lain sepakat buat merahasiakan itu waktu dulu. Sebenernya bukan aku, tapi Jargas yang ngajak. Karena dia selalu dibandingin sama aku, karena dia lebih sering mabuk sama ngerokok makanya Tante Rayeta selalu bandingin aku sama dia. Waktu itu dia marah kayaknya makanya dia bikin perjanjian gitu. Tante Rayeta itu adik dari ayah aku, Miles Harold, nama Tante Rayeta itu, Rayeta Putri Harold.”

Gavileo sekarang mengelus pipi Laneya, lalu menggenggam tangan mungilnya Laneya, “tapi kemarin waktu Tante Rayeta dan ibun siap buat publikasiin anaknya, kebetulan Jargas juga udah mau. Dan dia malah seneng.”

“Oh gitu...”

Gavileo tersenyum, “kalau nama G itu, nama panggilan dari ayah asalnya. Ayah tiba-tiba bilang, “ayah bikin nama panggung kamu, jadi G aja ya.” gitu katanya, karena ayah dulu pengen liat aku jadi vokalis, tapi ternyata aku malah jadi drummer,” Gavileo tertawa kecil, “tapi kadang selingan sama nyanyi juga sih.”

“Mau ketemu Ayah Miles.” ucap Laneya.

“Ayah Miles udah didik anaknya dengan baik kayak gini, aku mau nangis.” sambungnya.

Gavileo segera memeluk Laneya dengan erat, “Ayah Miles pasti seneng punya menantu kayak kamu.”

Lalu, lelaki itu pun melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya, hembusan nafas Gavileo mulai terasa oleh Laneya, ia pun langsung memejamkan matanya, Gavileo mengadukan hidungnya dengan hidung Laneya, “gemessss, gausah tutup mata sayang.” lalu Gavileo mencubit pipi perempuan yang wajahnya sudah memerah karena malu.