FGTN, 394
“Baru lo doang.” tanya Velasya sambil memakan kebab nya.
“Lagi dijalan kayaknya.”
Velasya hanya mengangguk lalu melanjutkan kembali memakan kebab nya.
Selang beberapa menit Gevano datang dibuntuti oleh Jauzan dibelakang nya.
Velasya dengan spontan ia tersedak, “uhuk uhuk.” Lalu berbalik kebelakang dan menutup mulutnya.
Tiba-tiba ada yang mengulurkan tangannya sembari memberi air mineral, “ini minum punya gue biar ngga batuk lagi. Oiya satu lagi, pelan-pelan makannya, kok liat gue kayak liat setan.” ucap lelaki yang lebih tinggi dari Velasya, memakai jaket jeans, rambut yang selalu memakai pomade dan sudah jelas kening nya terlihat, lelaki itu adalah Jauzan.
Tanpa sadar Velasya membawa air mineral tersebut lalu pergi meninggalkan Jauzan lalu menyusul Laneya dan Gevano, “lucu.” gumam Jauzan.
“Udah streching nya?” tanya Laneya kepada Gevano sambil mengeluar peralatannya.
“Udah kak.”
“Yaudah sekarang kamu pemanasan dulu, 600 meter gaya bebas aja semuanya. Udah gitu kamu masuk latihan stamina dulu ya, 1500 meter kaki gaya dada, abis itu paddle sama pullboy 2000 meter gaya dada juga.”
“Siap kak.”
Gevano pun turun untuk memulai latihannya, badan Gevano sudah dibilang mulai bagus, dada nya sudah mulai bidang. Tak lupa otot kaki nya mulai terlihat.
Laneya mondar-mandir melihat gaya dada Gevano, ia terus menerus mengecek apa yang salah dari gaya nya.
Laneya memberhentikan Gevano sebentar, “Vano.”
“Iya kak?”
“Tarikan tangan kamu masih lost gitu, coba kalau pake paddle tenagain juga. Jangan males, kakak tau berat, tapi pake paddle supaya tarikan tangan kamu jadi ada. Udah sana lanjut lagi.”
Gevano mengangguk, memang benar Laneya jika sudah berada dikolam renang tidak seperti Laneya yang ada dirumah, jika dikolam renang Laneya sangat tegas tidak memandang orang itu dekat dengan nya atau tidak, yang penting dia harus profesional sebagai pelatih.
Setelah satu jam Gevano diberi program stamina, kini Gevano masuk program inti dalam latihan.
“Kita masuk program inti.” ucap Laneya yang sudah mengalungkan stopwatch dilehernya.
“10 x 100 meter dengan waktu 1.30, kamu sanggup? kalau ngga bisa kakak turunin dulu ke 1.50”
10 x 100 meter itu artinya berenang 2 balikan di kolam 50 meter tapi sampai 10 set.
“Boleh aku coba dulu kak?”
Laneya tersontak kaget, “yakin?”
Gevano mengangguk dengan cepat, “yakin kak.”
“Oke, kita mulai ya. Set pertama, take your mark go!” setelah aba-aba didengar oleh Gevano ia segera memulai berenang gaya dadanya dengan stabil.
Laneya terus memperhatikan Gevano yang sudah mulai sampai sekita 10 meter lagi.
Laneya memencet stopwatch nya, “1.20, bagus pertahanin 9 set lagi. Waktu istirahat kamu cuman 10 detik.”
“Take your mark, go!“
Gevano pun berenang lagi untuk melakukan set kedua. Setelah 10 set selesai, set terakhir Gevano mencapai waktu 1.17 yang artinya semakin bagus walaupun ia sudah lelah. Laneya sebenarnya ingin menangis karena ia sangat tahu dulu Gevano belum jago dan secepat sekarang.
1.17 itu dibaca nya 1 menit 17 detik.
Laneya menghampiri Gevano lalu memeluknya, “kamu hebat, kakak bangga sama kamu.” dan benteng pertahanannya runtuh, akhirnya Laneya benar-benar menangis tanpa ia tahan lagi.
Gevano yang polos ia hanya tersenyum gembira karena latihan hari ini ia bagus.
Disisi lain Jauzan dan Velasya langsung tepuk tangan melihat peristiwa Gevano dan Laneya berpelukan.
“Pelatihnya aja hebat, ya pasti nular ke muridnya.” celetuk Jauzan.
“Tapi, Laneya pernah dalam masa terburuknya jadi pelatih tau.” timpal Velasya.
“Maksudnya?”
“Dulu, dia pernah ngelatih dua anak disini dan waktu event anak itu kalah, akhirnya mereka berhenti berenang. Dan waktu itu Laneya sempet mau tutup club ini karena dia merasa gagal sebagai pelatih.”
“Terus apa yang buat dia mempertahankan ini?”
“Murid yang lainnya. Yang sayang sama Laneya dengan tulus. Makanya Laneya tetep pertahanin club ini. Jadi gue ga heran dia bisa senangis itu sekarang.” jawab Velasya lalu tersenyum pada Jauzan.
Jauzan pun mengangguk mengerti, “Laneya hebat.”
“Emang, sahabat gue sangat hebat.”