choice
Malam yang di nanti-nanti Gevano akhirnya tiba, keluarga Gavileo dan Laneya sekarang sedang berada di meja makan, Rojer ayah Laneya sangat terlihat ceria malam ini, begitupun Mia ibu dari Gavileo pun sama.
Banyak topik yang mereka bicarakan pada saat makan malam tersebut, setelah makan malam selesai, seperti biasa Rojer ayah Laneya ini mengajak keluarga Gavileo untuk berkumpul di ruang TV, niatnya sambil berbicara bagaimana rencana kedepannya untuk Gavileo dan Laneya.
“Saya sangat senang melihat anak saya dan anak ibu mia bisa sampai ke tahap berpacaran.” ucap Rojer sambil meneguk kopi nya.
Mia merespon dengan senyum, “betul sekali pak, saya juga.”
“Disini saya boleh bertanya kepada nak Avi?”
Gavileo dengan spontan mengangguk, “tentu boleh, om.”
“Saya dengar nak Avi ini anak band betul?”
“Betul om.”
“Gimana ya saya bilang nya, to the point saja ya, apa tidak apa-apa?”
“Ngga apa-apa kok, om. Silahkan aja.”
“Apa kamu bisa berhenti dari band mu itu?”
“Maksud om saya keluar dari band saya sendiri?”
Rojer mengangguk, “betul, lebih baik kamu fokus kepada perusahaan mendiang ayah mu, menurut om.”
Rahang Laneya mulai tercekat dan mengeras, bisa-bisa nya ayah nya ini mengatur hidup pasangannya juga. Nelson mengelus-ngelus tangan Laneya agar sabar terlebih dahulu, untuk tidak terpancing emosi oleh perkataan ayah nya ini.
“Kenapa ya om? Maksudnya ada alasan lebih spesifik lagi? atau lebih jelas?” tanya Gavileo yang masih sabar walaupun sebenarnya ia emosi, karena ayah nya Laneya ikut campur ke dalam hobi nya ini.
“Anak band biasanya ngga bener, tapi saya percaya kamu anak baik.”
“Yasudah kalau gitu, berarti aman-aman saja kan om, kalau om percaya saya anak baik.”
“Iya hari ini saya percaya sama kamu, tapi kita kan ngga tau kedepan nya nak Avi.”
“Maksud om?”
“Saya tetap ingin kamu berhenti dari band kamu itu sebelum kamu menikahi anak saya Laneya.”
Laneya sudah muak dengan situasi ini ia pun mulai memberontak, “cukup papah. Udah cukup papah atur hidup aku, tapi aku mohon sama papah, jangan atur juga hidup calon suami aku pah.”
“Anak band ngga bener, Ney. Buktinya kakak perempuan kamu itu Nadia, meninggal karena pacaran sama anak band. Papah nggak mau kejadian itu terulang lagi.”
“Pah, stop jangan bawa-bawa kak Nadia, dia udah meninggal, dia udah istirahat di atas sana. Jangan dibawa-bawa lagi.” Nelson angkat suara.
Gevano yang mulai takut dengan situasi ini, ia lebih memilih untuk menunggu diluar.
“TAPI PAPAH NGGAK MAU KALAU LANEYA MENIKAH DENGAN ANAK BAND!” sentak Rojer kepada Nelson.
“Kak Nadia meninggal karena sakit typus nya pah, bukan karena pacarnya itu, disini dia banyak tekanan pah, tekanan dari papah, sekarang aku jadi atlet aja ini harusnya kak Nadia kan, bukan aku. Tapi papah atur aku, semua yang harusnya kak Nadia yang dapet ini, malah aku yang jadi tumbal keegoisan papah!” sanggah Laneya dengan nada bicara yang sudah mulai bergetar.
“Tidak mungkin, Nadia dulu baik-baik saja sebelum mengenal pacar nya itu.” timpal Rojer.
“Mamah juga diem aja. Mamah takut apa gimana sih? mah aku sama Kak Nelson butuh mamah. Tapi mamah tuh seakan-akan seperti tidak mempunyai anak, mamah itu sangat acuh dan papah itu sangaaaaat egois.” jawab lagi Laneya dengan mata nya yang sudah memerah.
“Sekarang keputusan terakhir dari papah, saya mau tanya sama kamu nak Avi, lebih memilih keluar dari band mu itu yang nama band nya waykaze itu atau lebih memilih waykaze dan kamu tidak jadi menikah dengan Laneya. Semua ada dipilihan kamu.”
“PAPAH CUKUP APA-APAAN SIH!”
“Diam kamu, Laneya.”
Nelson menahan Laneya lalu mengelus punggungnya, “tahan dulu.”
“Cepat jawab.” perintah Rojer kepada Gavileo.
Gavileo menghela nafas, “Saya memilih waykaze. Ayah saya saja mendukung saya jadi musisi dan membuat band ini juga saran dari ayah saya sendiri. Saya nge-band untuk menghilangkan penat saya.”
“Oke ternyata Avi lebih memilih band nya, maka dari itu perjodohan ini kita batalkan.”
Laneya menunduk lemas, ayah nya ini memang jahat dan sangat egois.
“Saya kecewa dengan om,” ucap Gavileo dengan suara beratnya, “permisi om, tante, Laneya dan Kak Nelson, saya dan ibu saya pamit pulang.” ucap Gavileo membawa Mia ibunya dan Gevano yang sudah diluar untuk pulang kerumah.
Setelah Gavileo, Ibunda dan Gevano nya pulang, Laneya memberontak lagi.
“Puas pah? puas papah batalin ini seenaknya? jodohin dengan seenaknya juga?? Puas pah?? puas anaknya nangis gini karena ulah ayah nya.”
“Dari kecil pah, aku kayak gini, dan sekarang udah saatnya aku berani ngomong sama papah. Kalau papah itu egois, ngga sayang sama Laneya.” ucap jelas Laneya yang sudah mulai menangis.
Dan malam ini perjodohan Laneya dan Gavileo resmi dibatalkan.